_Ilmu hikmah_
Wayan Supadno
Sungguh, kita patut bersyukur. Indonesia peringkat ke 61 pada Indeks Inovasi Global. Padahal 2 tahun silam baru peringkat ke 75 dan 11 tahun silam peringkat ke 85 saja dari 132 negara yang disurvei oleh WIPO.
Namun demikian posisi Indonesia dibanding negara - negara Asean masih kalah peringkat dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam. Ini mencerminkan daya inovasi kita masih kalah dibandingkan mereka.
Penentu peringkat indeks inovasi global. Seberapa banyak para peneliti produktif hak paten dan mampu tampil di jurnal ilmiah internasional, seberapa efektif pemerintahannya, rasio ekspor barang inovatif dan lainnya.
Kawula muda, agar mudah dipahami implementasinya dan diambil ilmu hikmahnya jadi pembelajaran yang harus dipraktikkan. Jika dipraktikkan maka makin sejahtera dan indeks inovasi global naik. Berikut kisahnya.
Kelapa.
Di RRC dapat laba besar - besaran sekaligus cipta lapangan kerja dan cetak pajak maupun devisa. Dulu angka kemiskinan 94% saat ini di bawah 4% saja. Seperti disulap 40 tahun berubah jadi negara kuat.
Pabrik kelapa yang menjamur padahal tidak punya kebun kelapa. Bahan bakunya semua dari kebun kelapa di Indonesia miliaran butir/tahunnya. Beli glondongan harga termahal dibanding pabrik di Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Diproses dengan inovasi. Nilai tambahnya berkali lipat karena jadi beragam produk turunan. Misal VCO, nata de coco, karbon aktif, jok mobil dan lainnya. Kembali diekspor ke seluruh dunia.
Itu terjadi karena penelitinya wajib membuat kajian pada pra penelitian dengan seksama. Karena memakai dana keringat rakyat (APBN). Harus feasible dan marketable serta daya manfaatnya nyata bisa dirasakan masyarakat.
Jika gagal membumi bisa jadi masalah serius bagi peneliti/ilmuwan tersebut. Begitu juga efektivitas dan efisiensi penggunaan APBN oleh pemerintah harus inovatif. Harus ada kajian cost and benefitnya.
Pengusaha inovatif di RRC total dilayani dengan ekstra merangsang. Persis di Tiongkok, Korsel dan Vietnam. Karena dianggap sangat strategis bayar pajak jadi APBN, cipta lapangan kerja berantas pengangguran dan kemiskinan maupun stunting.
Jika produk inovatif tersebut diekspor. Nyaris tiada pajak ekspor. Bahkan dapat insentif stimulus 15%. Itulah sebabnya barang - barang dari RRC selalu lebih murah di pasaran. Karena dampak lain sudah didapat yaitu devisa, lapangan kerja dan lainnya.
Ilmu hikmahnya, jika kita dan bangsa kita tidak inovatif maka akan mati karena kalah bersaing. Era globalisasi sulit dibendung. Penelitian harus feasible dan marketable agar tidak numpuk di lemari saja. Menghabiskan dana pajak rakyat APBN.
Solusinya, harus ada kampanye gemar membangun mental inovatif. Aset terbesar manusia masa depan bukan pada kekayaan alamnya, begitu juga sebuah negara. Aset terbesarnya ada pada manusianya yaitu karakter, iptek dan mental daya inovatifnya.
Kawula muda. Pastikan bahwa tiada hari, tanpa tindakan menumbuhkan mental inovatif.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630